Many of us dwell only on the ability of intelligence to think about it without looking at the spiritual side. Demands of parents towards their children often ignore the spiritual side. Children included in the course more just to support capabilities of intelligence, such as academic ability, artistic ability, etc. Parents struggled with drudge just to meet the needs of developing intelligence.
Spiritual abilities actually become the foundation for emotional development increasingly ignored. There are times when we feel a certain position to achieve a happiness and success that has become the goals and ideals of the previous. We fell really win and if we feel the most successful because it had never felt before. At the moment things that we have achieved it become a regular thing.
Apa Allah memberi kemampuan spiritual seperti kemampuan intelejensia?
Banyak dari kita hanya berkutat pada berfikir tentang kemampuan intelejensia saja tanpa melihat sisi spiritual. Tuntutan orang tua terhadap anaknya sering mengabaikan sisi spiritual. Anak disertakan dalam kursus lebih banyak hanya untuk mendukung kemampuan intelegensia, seperti kemampuan akademik, kemampuan seni, sebagainya. Bersusah payah orang tua dengan membanting tulang hanya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan intelejensia.
Kemampuan spiritual yang sebenarnya menjadi pondasi untuk pengembangan emosi semakin diabaikan. Ada kalanya di saat posisi tertentu kita merasa mencapai suatu kebahagiaan dan kesuksesan yang telah menjadi tujuan dan cita-cita sebelumnya. Kita merasa sangat menang dan seolah kita merasa orang paling sukses karena hal itu memang belum pernah dirasakan sebelumnya. Di saat hal yang kita capai itu menjadi suatu hal yang biasa.
